Minggu, 22 Maret 2009

Si PelitD


Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.

Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.

Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.

"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"

"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"

"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.

Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.

"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"

Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.

By : PutRi N.A (7b SBI)

Jumat, 20 Maret 2009

POHON TUA


Pohon Tua

Dahulu kami berdiri tegak

Menjulang menjangkau langit biru

Menggapai awan yang putih menawan

Nyanyian kami menyuarakkan ke seluruh alam

           Dahulu . . . 

           Kami adalah sang pelindung

           Sang pelukis alam 

           Yang menorehkan tintanya

           Di semesta ini

Kini . . . 

Hari tlah berlalu, masa tlah berganti

Zaman pun tlah berubah

Lenyaplah sudah masa kejayaan kami

           Dimana tinta-tinta. . . 

           Yang telah kami torehkan

           Telah luntur. . .

           Tanpa bekas. . . 

Kini. . . 

Kalian hancurkan kami. . .

Kalian cabik-cabik kami. . . 

Kalian musnahkan kami. . .

Dengan penuh sadisnya. . . 

          Apakah. . .

          Memang takdir kami

          Yang diturunkan di bumi

          Hanya untuk ditindas

Namun. . .

Kami tak kuasa tuk melawan

Kami hanya bisa menangis, menjerit

Dan meratapi. . . . 

           

           By : Putri N.A (7B SBI)